
3 September 2021 dan 10 Januari 2022
Pertemuan dari para member FFA ini merupakan upaya memantapkan keberadaan Fire-Free-Alliance, FFA, sebagai perkumpulan para pelaku usaha kehutanan yang peduli dengan isu kebakaran hutan beserta upaya-upaya mitigasi dan penanggulangannya. Terdapat 3 (tiga) pertemuan yang direncanakan, dan terlaksana lewat dua sesi pertemuan pada tanggal 3 September 2021 dan dilanjutkan pada 10 Januari 2022. Kami menurunkan hal-hal pokok yang layak diketahui oleh publik guna memperoleh gambaran mutakhir tentang dinamika FFA dalam menangani isu-isu yang melingkupinya.
Pertemuan pertama pada 3 September lalu dimaksudkan guna menentukan langkah tindakan kolektif (collective actions) perkumpulan ini ke depan. APRIL Group diwakili oleh Craig Tribolet, Triana Krisandini dan Aldo Joson. Asian Agri group diwakili oleh Hafiz Sinaga, Musim Mas mengirimkan Librian Anggraini dan Tiffany Goh, Wilmar group diwakili oleh Anhar Harahap, sementara IDH mengirim Dion Sitepu sebagai wakil perusahaan. Sementara itu, selaku fasilitator workshop, Partnership-ID mempercayakannya pada Yanti Triwadiantini, Kemal Soeriawidjaja, Ananta Gondomono dan Hafiz.
Tujuan dan hasil yang diharapkan dari lokakarya ini adalah sebagai berikut:
- Lokakarya ini bertujuan untuk memfasilitasi sesi curah pendapat yang bersifat langsung untuk memetakan minat dan sumber daya anggota untuk proyek bersama yang kolaboratif.
- Lokakarya ini juga dimaksudkan sebagai yang pertama dari rangkaian tiga Lokakarya dari proses co-creation untuk membahas, menyepakati, dan merencanakan program bersama.
- Hasil yang diharapkan adalah pemetaan anggota yang komprehensif tentang sumber daya mereka untuk melakukan program bersama ini.
- Laporan pemetaan anggota dan proyek bersama akan mencakup analisis SWOT dari semua kemungkinan proyek yang sedang dipertimbangkan
Jalannya Workshop
Sebagaimana tercatat, pertemuan antar anggota ini merupakan upaya untuk merumuskan “Langkah Bersama” sebagai gabungan entitas para pelaku bisnis perkebunan terkait dengan isu-isu kebakaran hutan dan juga, lingkungan pada umumnya.
Diskusi berlangsung dengan pemaparan SWOT analisis dari masing-masing program mau pun praktek lapangan perusahaan selama ini dalam menangani isu kebakaran hutan tersebut. April group misalnya, menyodorkan keberhasilan dari program-program kongkrit pencegahan kebakaran di lapangan yang menyentuh komunitas, pengalaman-pengalaman yang didapat, hingga dihasilkannya berbagai panduan tehnis yang efektif dan teruji.
Dari kelompok usaha Musi Mas, manajemen pencegahan kebakaran hutan yang integrative dan teruji, perubahan perilaku dari komunitas binaan dan system monitoring berbasis radar merupakan kekuatan yang menonjol. Sementara bagi Wilmar Group, kekuatan yang dimiliki meliputi system mitigasi dan peringatan dini, implementasi lapangan berbasis tehnologi hingga terbentuknya SOP
Sementara dari sisi Opportunity, terdapat sejumlah kemiripan dari para stakeholders FFA yang hadir. Aktifitas komunikasi bersama, kolaborasi-koordinasi, pembentukan kerangka kerja pada area minat yang serupa hingga kesempatan investasi, hingga perlunya lebih menyelaraskan diri dengan regulasi pemerintah adalah point yang mengemuka dari sisi peluang.
Sejumlah kelemahan (Weakness) juga secara objektif dikemukan oleh para stake holder dari berbagai langkah yang diambil selama ini. Pada gilirannya, sebuah ”joint operation”, langkah bersama, nyatanya muncul menjadi kebutuhan yang dirasakan mendesak untuk segera disikapi. Sementara faktor “Threat” atau Ancaman, secara umum berasal dari kondisi eskternal para stake holder, mulai dari pihak ke-3 yang justru kerap memiliki tujuan tersendiri, munculnya pandemic Covid 19 hingga titik-titik api yang kadang berada diluar kontrol area konsesi mereka.
Sesi diskusi SWOT tersebut diakhiri dengan pemetaan berbagai faktor eksternal dalam kategori matriks antara faktor “interest” dan “power” menurut pandangan masing-masing stake holders. Sejumlah komitmen baru dari para stake holders untuk keberlanjutan FFA juga dituangkan di akhir workshop tersebut.

Workshop on Survey Findings
10 Desember 2021
Pertemuan lewat zoom ini menjadi tindak lanjut kegiatan workshop 3 September 2021. Berangkat dari hasil – hasil SWOT Analysis pada 3 September 2021, maka guna mendapatkan insight yang lebih fokius dan teerinci, pihak P-ID melakukan wawancara mendalam kepada masing-masing perwakilan stake holders dalam rentang waktu berbeda. Hasilnya kemudian menjadi bahan diskusi pada 10 Desember 2021 tersebut.

Hasil-hasil diskusi kemudian dikonfirmasi kembali kepada para peserta, sehingga kemudian memunculkan Mentimeter yang mewakili gagasan seluruh perwakilan stake holders. Aspek- aspek yang muncul dari One-on-One Interviews tersebut dan berbagai hal yang terkait dapat disimpulkan sebagai berikut:
Persoalan seputar Visi & Misi
Sejauh ini disepakati perlunya untuk meninjau kembali visi dan misi agar dapat menjawab tantangan yang muncul.
Struktur: Legal Atau Longgar?
- Persoalan yang mengemuka adalah pertanyaan tentang status hukum FFA ke depan, mengingat berbagai persoalan yang muncul seiring perjalanan waktu.
- Setelah mengkaji manfaat dan non manfaat bentuk formal dan non formak, forum akhirnya menyepakati untuk mempertahankan format yang telah ada selama ini, dengan penguatan pada guideline terutama bagi anggota-anggota yang akan bergabung.
Jangkauan Stakeholders
- Jangkauan stakeholders dalam hal ini pemerintah, disepakati memperluasnya hingga pemerintah Malaysia. Kepada stakeholder pemerintahan lokal, agar diupayakan sosialisasi keberadaan FFA yang lebih intensif.
- Diputuskan untuk memasukkan komponen stakeholder baru berupa komunitas lokal, sektor swasta lainnya dan juga, lembaga donor.
Komunikasi
- Diskusi berkisar pada pemutakhiran konten website dengan memuat praktek-praktek lapangan para anggota perhimpunan, termasuk juga memuat praktek terbaik (best practises) dan panduan.
- Menggelar event guna memperkenalkan FFA ke publik, dalam hal ini adalah simposisium, termasuk hal yang perlu diperhitungkan, hingga menggencarkan upaya untuk merekrut anggota baru.
Program
FFA perlu menjadikan diri sebagai “centre of excellence” lewat peningkatan kapasitas dan perubahan perilaku di seluruh rantai pasokan dengan memberikan pendidikan kepada kontraktor dan petani.
- Program seperti FFVP dapat diadopsi oleh FFA, menargetkan sejumlah pencapaian kolektif, misalnya, area yang tercakup, penjangkauan masyarakat, dan sebagainya.
- Menggelar sesi pelatihan pencegahan kebakaran untuk rantai pasokan (kontraktor, pemasok) dengan menggunakan modul standar.
- FFA direncanakan untuk mengerjakan proyek-proyek penting yang konkrit sebagai panutan.
- Mendokumentasikan praktik-praktek terbaik, untuk diunggah di situs FFA.
Sumber Daya
- FFA sepakat untuk memperluas keanggotaannya.
- Anggota baru diarahkan untuk langsung berpartisipasi dalam program, seperti FFVP (Free Fire Village Program, Program Desa Bebas Api).
- Sumber daya diasumsikan berasal dari kontribusi tahunan dan dana bersama berbasis proyek.
