

Benarkah pihak swasta sulit diajak membangun partnership yang setara dengan LSM? Apa beda sinergi, kerjasama dan partnership? Mana yang lebih ajeg dan langgeng dilakukan? Apa yang harus diperbuat tatkala menemukan ego sektoral yang menonjol dalam mengelola sebuah partnership?
Beragam pertanyaan seperti di atas merupakan salah satu alasan dari kembali digelarnya “Partnership Academy Training” oleh Partnership ID bekerja sama dengan Oxfam Indonesia. Dibagi dalam 2 batch, pelatihan ini berlangsung dari 15 hingga 26 Maret 2021. Bagi kedua belah pihak, pelatihan ini merupakan kerjasama yang kesekian kalinya dilakukan, karena seperti dituturkan oleh Maria Lauranti selaku direktur Oxfam Indonesia dalam sambutannya, isu-isu seputar Sustainable Development Goals (SDG’s) memerlukan penanganan berbagai pihak agar berjalan dengan baik. Apalagi, “… SDG’s memerlukan aktor state dan non state…karena tidak mungkin semuanya mengandalkan APBN. Maka perlu ada jembatan diantara itu, agar tidak ada yang tertinggal,” imbuhnya.
Para peserta terlihat antusias mengikuti jalannya sesi pertama dan kedua yang digelar pada Senin 15 Maret itu. Maklum saja, mereka (30 orang jumlahnya) berasal dari ujung Barat hingga tengah Indonesia, dipilih dari 100 an kandidat yang mengajukan diri dan umumnya berasal dari kalangan organisasi swadaya masyarakat yang kenyang asam garam dalam program – program kemitraan. Sebut saja HAYATI, INFID, Koalisi Perempuan Indonesia, LBH Apik dan sebagainya. “Kami sampai sempat bingung memilihnya,” aku bu Yanti Koestur selalu koordinator program dari Partnership-ID. Hingga akhirnya, terkumpulah 30 orang peserta dan terbagi dalam 3 (tiga) kategori kelompok minat dalam pelatihan itu: Keadilan Ekonomi, Keadilan Gender, dan Hak-Hak Dalam Krisis.
Selengkapnya, inilah nama-nama peserta pelatihan “Partnership Academy” tersebut, tersebar dari ujung Barat hingga Timur Indonesia, bahkan manca negara (Austria):
NO | NAMA | INSTITUSI |
1 | Arfianto Purbolaksono | The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research |
2 | Bona Tua | INFID |
3 | DR (C) Hendro Sugiarto, SE.,M.MKMT | Infest (Institute For Ecological Study) |
4 | Duta Bintan Fitriyah MH | KOALISI PEREMPUAN INDONESIA |
5 | Haris Oematan | Perkumpulan Relawan Cis Timor |
6 | Hj. Isni Supriyati, S.sos | Pimpinan Daerah Aisyiyah Sumedang |
7 | Ika Kartika Febriana | Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) |
8 | Kurnia Dwi Agustina | Tay Juhana Foundation |
9 | M Noor Azasi | Institute for Empowerment and Development Studies (InfEDS) |
10 | Maria Filiana Tahu | YAYASAN AMNAUT BIFE KUAN NTT (YABIKU) |
11 | Mochamad Saleh | TFCASumatera – Yayasan KEHATI |
12 | Mohammad Hasan Ansori | The Habibie Center |
13 | Muhammad Nur Al Ala | Lakoesdam PCNU Bulukumba |
14 | Mutmainnah | Komunitas Teras |
15 | Nor Qomariyah | KKI Warsi |
16 | Novita Irawati | SOS Children’s Villages Indonesia |
17 | Nuryanti Dewi | LBH APIK NTB |
18 | Prasetyo Adi Sutopo | Yayasan Kolaborasia Bergerak Bersama |
19 | Rizki Estrada Otto Portier | Perkumpulan INISIATIF- Bandung |
20 | Rujito Martowiyono | PERKUMPULAN KOSLATA |
21 | Sani | Jala Samudera Mandiri |
22 | Siti Khadijah | HAPSARI (Himpunan Serikat Perempuan Indonesia) |
23 | Slamet Santoso | Yayasan Arek Lintang(ALIT) |
24 | Tri Laksono Wibowo | KOIN (Konservasi Indonesia) |
25 | Valleria Grossitudinis Castitas, S. Sos | Koalisi Perempuan Indonesia(KPI) Cabang Jember |
26 | Wida Septarina | Yayasan Lumbung Pangan Indonesia/Foodbank of Indonesia |
27 | Wikan Mardi Astuti, M.Pd | Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia |
28 | Yassin Ali Hadu | GERKATIN Provinsi Sulawesi Tengah |
29 | Yospina Liku La’bi’ | PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Sulawesi Tengah |
30 | Yuni Riawati | Yayasan Kemanusian Madani Indonesia (YKMI)) |
Melihat metode pelatihan yang diterapkan, dimana pada akhir pelatihan para peserta diminta untuk menyampaikan gagasan-gagasan aktifitas kemitraan dalam ruang lingkup organisasi masing-masing dan treatment berdasarkan materi-materi training yang diberikan, cukup memberikan gambaran akan efektifitas pelatihan ini. Project based learning menjadi kata kunci, sehingga menghasilkan output yang siap diaplikasikan dalam membangun kemitraan. Tambahan lagi, serangkaian jadwal hingga tanggal 26 Maret itu membahas berbagai topik yang sudah disesuaikan dengan perkembangan domain SDG’s dan kemitraan itu sendiri.
Bagaimana dengan institusi Anda? Mengingat isu membangun kemitraan merupakan isu sentral dalam pelaksanaan SDG’s, maka sudah tentu pelatihan dari Partnership-ID ini layak Anda pertimbangkan. Jika tertarik untuk mendapatkan jadwal pelatihan, atau bahkan mengadakannya pelatihan serupa dalam bentuk in – house training di institusi Anda, silakan hubungi Rita (0811 973-108) atau Ika di 0816 944732.
Benarkah pihak swasta sulit diajak membangun partnership yang setara dengan LSM? Apa beda sinergi, kerjasama dan partnership? Mana yang lebih ajeg dan langgeng dilakukan? Apa yang harus diperbuat tatkala menemukan ego sektoral yang menonjol dalam mengelola sebuah partnership?
English version:
Is it true that it is difficult for the private sector to be invited to build an equal partnership with NGOs? What is the difference between synergy, cooperation and partnership? Which one is more steady and lasting? What should be done when you find a prominent sectoral ego in managing a partnership?
Various questions like the one above are one of the reasons for the re-holding of “Partnership Academy Training” by Partnership ID in collaboration with Oxfam Indonesia. Divided into 2 batches, this training will take place from 15 to 26 March 2021. For both parties, this training is the umpteenth time to collaborate, because as stated by Maria Lauranti as director of Oxfam Indonesia in her speech, the issues surrounding Sustainable Development Goals ( SDG’s) require the handling of various parties in order to run well. Moreover, “… SDGs require state and non-state actors… because it is impossible for all of them to rely on the state budget. So there needs to be a bridge between them, so that no one is left behind, “he added.
The participants seemed enthusiastic about following the first and second sessions which were held on Monday 15 March. Understandably, they (30 people in total) came from the far west to the center of Indonesia, selected from around 100 candidates who submitted themselves and generally came from non-governmental organizations who were full of salt and acid in partnership programs. Call it HAYATI, INFID, Indonesian Women’s Coalition, LBH Apik and so on. “We were confused about choosing it,” said Mrs. Yanti Koestur, always the program coordinator of Partnership-ID. Until finally, 30 participants were gathered and divided into 3 (three) categories of interest groups in the training: Economic Justice, Gender Justice, and Rights in Crisis.
In full, here are the names of the participants in the “Partnership Academy” training, spread from the West to East Indonesia, and even overseas (Austria):
NO | NAMES | INSTITUTIONS |
1 | Arfianto Purbolaksono | The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research |
2 | Bona Tua | INFID |
3 | DR (C) Hendro Sugiarto, SE.,M.MKMT | Infest (Institute For Ecological Study) |
4 | Duta Bintan Fitriyah MH | KOALISI PEREMPUAN INDONESIA |
5 | Haris Oematan | Perkumpulan Relawan Cis Timor |
6 | Hj. Isni Supriyati, S.sos | Pimpinan Daerah Aisyiyah Sumedang |
7 | Ika Kartika Febriana | Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) |
8 | Kurnia Dwi Agustina | Tay Juhana Foundation |
9 | M Noor Azasi | Institute for Empowerment and Development Studies (InfEDS) |
10 | Maria Filiana Tahu | YAYASAN AMNAUT BIFE KUAN NTT (YABIKU) |
11 | Mochamad Saleh | TFCASumatera – Yayasan KEHATI |
12 | Mohammad Hasan Ansori | The Habibie Center |
13 | Muhammad Nur Al Ala | Lakoesdam PCNU Bulukumba |
14 | Mutmainnah | Komunitas Teras |
15 | Nor Qomariyah | KKI Warsi |
16 | Novita Irawati | SOS Children’s Villages Indonesia |
17 | Nuryanti Dewi | LBH APIK NTB |
18 | Prasetyo Adi Sutopo | Yayasan Kolaborasia Bergerak Bersama |
19 | Rizki Estrada Otto Portier | Perkumpulan INISIATIF- Bandung |
20 | Rujito Martowiyono | PERKUMPULAN KOSLATA |
21 | Sani | Jala Samudera Mandiri |
22 | Siti Khadijah | HAPSARI (Himpunan Serikat Perempuan Indonesia) |
23 | Slamet Santoso | Yayasan Arek Lintang (ALIT) |
24 | Tri Laksono Wibowo | KOIN (Konservasi Indonesia) |
25 | Valleria Grossitudinis Castitas, S. Sos | Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Cabang Jember |
26 | Wida Septarina | Yayasan Lumbung Pangan Indonesia/Foodbank of Indonesia |
27 | Wikan Mardi Astuti, M.Pd | Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia |
28 | Yassin Ali Hadu | GERKATIN Provinsi Sulawesi Tengah |
29 | Yospina Liku La’bi’ | PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Sulawesi Tengah |
30 | Yuni Riawati | Yayasan Kemanusian Madani Indonesia (YKMI) |
Seeing the training method applied, where at the end of the training the participants are asked to convey ideas of partnership activities within the scope of their respective organizations and treatment based on the training materials provided, it is sufficient to provide an overview of the effectiveness of this training. Project based learning is the keyword, so that it produces output that is ready to be applied in building partnerships. In addition, the series of schedules until March 26th covers a variety of topics that have been adapted to the development of the SDG’s domain and the partnership itself.
How about your institution? Considering that the issue of building partnerships is a central issue in the implementation of SDGs, then of course this training from Partnership-ID is worth considering. If you are interested in getting a training schedule, or even holding similar training in the form of in – house training at your institution, please contact Rita 0811 973-108 or Ika at 0816 944732.