oleh: Yanti Triwadiantini

Pengantar P-ID

Yanti Triwadiantini, CEO and founder P-ID, telah berpulang pada 31 Maret 2024 lalu, namun semangatnya dalam pendorong prinsip-prinsip partnership pada hubungan kerjasama para pihak utamanya dalam hal pembangunan, senantiasa menjadi inspirasi. Dalam kaitan itulah, P-ID mengangkat kembali gagasan dan pikiran almarhumah terkait kemitraan tersebut, dari beberapa tulisannya yang telah terkompilasi di website ini. Artikel ini adalah buah pikiran almarhumah, dalam bagian kedua, dimana beliau menekankan tentang peran signifikan dari seorang partnership broker, berdasarkan pengamatan dan pengalamannya terlibat dalam proyek –  Indonesia Sanitation Sector Development Programme –    yang dikoordinir oleh Bappenas. Secara sektoral, prakarsa kemitraan ini didukung oleh Departemen Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya. 

Selamat mengikuti

Proses pemilihan mitra yang baik merupakan langkah yang sangat penting, karena melibatkan pertimbangan berdasarkan kriteria-kriteria yang disesuaikan dengan kebutuhan. Kriteria tersebut umumnya terkait dengan kapasitas organisasi dan kualitas para pelakunya. Dalam hal ini, seringkali kita harus menggunakan intuisi mengenai siapa yang dapat memberikan nilai-tambah secara aktif.  Kunci keberhasilan mendapatkan mitra yang baik adalah informasi yang lengkap serta waktu yang tepat. Diperlukan usaha untuk melakukan due diligence secara teliti, termasuk mengunjungi kontak-kontak yang penting dalam setiap mitra organisasi.

Ilustrasi Capaian program Sanitasi dan Air Minum Bappenas, 2019

Dalam kenyataan sehari-hari, seringkali sulit untuk dapat menemui pemimpin dari mitra organisasi/perusahaan karena kesibukan mereka. Disinilah peran penting fasilitator dalam membantu menemui kontak-kontak tersebut. Mendapatkan persetujuan prinsip atau ‘restu’ dari pemimpin sangat penting demi kelancaran proses-proses selanjutnya.

Hal selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah struktur rapat, karena terkait dengan perilaku atau kultur setempat. Ada perbedaan pola perilaku dari setiap sektor (pemerintah, perusahaan, LSM/akademisi). Di Indonesia (khususnya kota2 besar), para eksekutif maupun pejabat pemerintahan seringkali enggan untuk hadir dalam rapat lebih dari 2 jam. Semakin lama rapat/lokakarya berlangsung, maka kecenderungan untuk mewakilkan akan lebih besar. Hal ini akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam setiap tahap. Oleh sebab itu, seorang fasilitator (broker) harus dapat mengupayakan proses diskusi dan rangkuman dilakukan secara efisien dengan selalu mengupayakan para peserta (mitra) untuk fokus kepada hal-hal penting yang memerlukan konsensus atau keputusan.

Faktor Ketrampilan Komunikasi Broker Mediator

Seorang fasilitator/broker yang handal perlu memiliki ketrampilan komunikasi yang memadai, termasuk membina hubungan yang baik dengan setiap mitra yang terkait di dalam kemitraan. Berikut adalah catatan terkait fungsi dan peran seorang broker mediator.

Dalam situasi multi-pihak, peran fasilitator/broker, kadang harus berganti-ganti sesuai fungsinya. Banyak pelajaran dapat dipetik dalam proses brokering. Misalnya, selaku penggagas ide, seorang broker akan menjadi pengamat yang jeli, sehingga dapat melihat/membaca isu-isu yang mendesak. Namun jika tidak peka terhadap dinamika sosial yang berkembang, maka seorang broker bisa jadi dipandang oleh para mitranya sebagai kritikus yang posisinya berlawanan.

Dalam fungsi fasilitasi, seringkali seorang broker dijadikan pimpinan rapat, dan bukan menjadi pihak yang netral sehingga menempatkan posisinya sebagai pengambil keputusan. Padahal seharusnya tidak demikian. Tentunya situasi menjadi dilematis jika sang broker juga bekerja di salah satu mitra yang terlibat.

Dalam posisi sebagai mediator, posisi seorang broker seringkali diminta memberi nasihat/advis oleh para mitra yang bersilang pendapat, serta memberikan rekomendasi langkah-langkah yang sebaiknya diambil.

Di saat rasa percaya telah timbul, maka para mitra (peserta) akan cenderung lebih banyak bicara atau berbagi pengalaman. Mempersilahkan peserta untuk mengemukakan pendapat atau berbagai pengalaman, akan meningkatkan komitmen dan semangat/keinginan untuk membangun kemitraan. Namun demikian, fasilitator kadang perlu tegas untuk membatasi waktu dan memfokuskan perhatian kepada tujuan dari pertemuan.

Ketrampilan lain yang diperlukan adalah membentuk kesimpulan dan konsolidasi hasil di akhir setiap pertemuan, secara konkrit, mengacu kepada hasil dan nyata (tangible).

Selama bulan pertama observasi fungsi “broker”, saya menemukan bahwa isu-isu yang akan dihadapi adalah :
Definisi “partnership broker” perlu dipromosikan secara lebih jelas kepada semua pemangku kepentingan, terutama karena arti harfiah broker secara lokal dapat menimbulkan konotasi berbeda.
Membangun rasa saling percaya di antara para calon mitra pemerintah daerah adalah kunci sukses Anda.

Ulasan Bulan Pertama

Pada saat broker eksternal tidak tinggal di daerah yang sama, waktu dan jarak dapat menjadi kendala yang cukup menghambat proses pembangunan kemitraan. Namun hal ini bisa dibantu dengan menempatkan seorang perwakilan yang membantu dalam fasilitasi lanjutan yang bersifat teknis.

Faktor yang menentukan keberhasilan proses fasilitasi adalah termasuk perlunya mencari cara komunikasi yang paling efektif dengan berbagai eksekutif kunci dari mitra-mitra. Hubungan baik secara personal kadang membantu mempercepat proses sekaligus memperkaya semangat kerjasama.

Kesabaran dan kegigihan merupakan faktor-faktor kunci yang membantu terjalinnya kemitraan yang erat. Selain itu, seorang broker professional haruslah bersikap profesional, mengedepankan sikap mengayomi atau mengasuh, serta membangun harmoni dalam proses pembelajaran agar menumbuhkan inovasi yang sehat.

Menggalang proses pembelajaran yang terus menerus dan membagi ketrampilan kepada pemangku kepentingan yang terkait, akan mempermudah kita selaku broker dalam membuat kerangka kemitraan karena para mitra seyogyanya membangun/membuatnya sendiri tanpa bergantung kepada kita. Meskipun kompetensi merupakan kunci sukses yang utama sebagai broker, namun seringkali intuisi yang tajam, network yang kuat, serta faktor keberuntungan mempengaruhi juga hasil-hasil yang diharapkan.

Perencanaan lingkup dan aksi

Seorang broker kemitraan harus melakukan pembelajaran terus menerus, mencari informasi, mendapatkan masukan/nasihat dari para ahli, serta mendengarkan para mitra. Beberapa tips yang bermanfaat untuk aktifitas itu adalah:

  • Dengarkan kata pemangku kepentingan, sebelum kita mengajukan usul apapun.
  • Memahami UU/peraturan yang berlaku yang dapat menjadi penghambat kemitraan
  • Berfikir besar, mulai suatu kegiatan kecil, kemudian bergerak cepat. “Think big, start small, and then move fast”.

Kemitraan memerlukan waktu untuk pembentukan dan tumbuh. Tahap persiapan sangatlah menentukan hasilnya, sehingga tidak boleh disepelekan. Tahapan tersebut memerlukan kesabaran, kelenturan, adaptabilitas dan kegigihan.

Untuk program-program infrastruktur, akan sangat memudahkan bagi seorang fasilitator jika memiliki kompetensi teknis, sehingga dapat dengan cepat beradaptasi dan mengerti istilah-istilah dan proses yang diterapkan dalam proyek-proyek infrastruktur. Intusisi dan faktor keberuntungan juga menjadi faktor penunjang.

Kesimpulan

Sebagai catatan akhir, komunikasi memang merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan berhasil tidaknya sebuah proses fasilitasi kemitraan. Namun sering kali tidak ada suatu cara yang dapat diterapkan secara umum untuk semua keadaan. Dalam suatu negara yang sering mengalami ketidakpastian situasi, faktor keberuntungan seringkali dominan, meskipun dipengaruhi juga oleh kualitas kepribadian dan perilaku seorang broker. Pada dasarnya setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil, namun tingkat keberhasilannya bergantung dari kegigihannya.

Tags: